Follow me on mw twitter....

Minggu, 21 November 2010

Endodontic imaging as an aid to forensic personal identification

Laporan Kasus
GAMBARAN ENDODONTIK SEBAGAI ALAT BANTU UNTUK
IDENTIFIKASI FORENSIK PERORANGAN
(Endodontic imaging as an aid to forensic personal identification)

Abstrak
Identifikasi dengan cara membandingkan gigi dari catatan orang yang dilaporkan hilang dengan gigi geligi dari orang yang ditemukan meninggal, bergantung pada pengenalan dari kesesuaian gambaran umumnya,dimana tidak terdapat diskrepansi antara keduanya yang tidak dapat dijelaskan. Walaupun pencatatan dental record secara umum dilakukan untuk tujuan diatas, namun penulis meyakini bahwa cara tersebut tidak bisa dijadikan dasar utama dalam proses identifikasi hal ini dikarenakan hasilnya tidak langsung diperoleh dari individu yang bersangkutan, dan berpotensi terjadi kesalahan, ketidakakuratan dan kesalahan interpretasi. Bagaimanapun suatu gambar merupakan pencitraan langsung dari benda fisik dan merupakan metode obyektif dalam proses pencatatan informasi. Radiografi merupakan gambar yang dapat memperlihatkan gambaran morfologi gigi yang unik, jaringan disekitar gigi serta detail fisik dari perawatan gigi sebelumnya yang menyebabkan terjadinya perubahan dari gigi geligi. Pengambilan radiografi post-mortem sebagai duplikat, hasilnya sangat mendekati dari hasil radiografi yang dilakukan saat ante-mortem, metode perbandingan yang dilakukan dengan teliti, dapat meningkatkan hasil dari nilai probativnya.Dalam konteks ini radiografi endodontik post-treatment memperlihatkan banyak sumber fakta yang dapat diperoleh dari tiap individu, khususnya karena hasil dari perawatan restorasi endodontik sangat kecil frekuensi terjadinya perubahan apabila dibandingkan dengan kasus pada restorasi intra-coronal. Penulis mengilustrasikan macam-macam teknik dengan beberapa serial kasus dan menbahas mengenai parameter keberhasilannya.

Pendahuluan
Pada pemeriksaan korona, proses identifikasi orang yang meninggal memiliki peran yang sangat penting hal ini disebabkan karena sertifikat kematian dan dokumen lainnya tidak dapat dikeluarkan sampai pihak koroner merasa puas akan hasil dari identifikasi identitas orang tersebut. Seringnya proses identifikasi ini tidak menimbulkan kontroversi dan identifikasi visual, umumnya dilakukan oleh keluarga, teman maupun kolega dari orang yang meninggal. Bagaimanapun, terdapat situasi dimana cara tersebut dalam beberapa kasus tidak disarankan dan tidak mungkin untuk dilakukan, disebabkan karena adanya luka traumatik, insinerasi,dekomposisi atau karena faktor lainnya.
Pada beberapa kasus, pemeriksaan lebih lanjut kemungkinan dibutuhkan sebagai pembanding antara orang yang meninggal dengan catatan yang diperoleh dari orang yang hilang. Berdasar atas keadaan tersebut, adanya DNA, sidik jari serta catatan odontologi forensik dapat menjadi pilihan yang secara umum dapat diterima tanpa harus dilakukan kualifikasi lebih lanjut lagi apabila dasar perbandingannya jelas dan tidak ada keraguan didalamnya. Tiga kelompok ini bagaimanapun secara kolektif dikenal sebagai “Major identifiers”.
Dalam konteks ini, tugas dari odontologis forensik adalah untuk membandingkan antara dental record dari suspek atau orang yang dilaporkan hilang dengan gambaran dari gigi geligi dan struktur mulut dari orang yang telah meninggal untuk menentukan tingkat korespondensi dan untuk memberikan pendapat ahli berdasarkan pada temuan dari pihak yang melakukan identifikasi yang bertanggungjawab menentukan hasil akhir dari proses identifikasi tersebut. Di Australia, disebut sebagai koroner.
Penulisan dental record terdiri dari dokumen yang berisi penyampaian dengan menggunakan bahasa penulis dan sering disertai dengan odontogram, gambaran mengenai keadaan pasien sebelum dilakukan pemeriksaan gigi, dan detail dari prosedur perawatan gigi yang dilakukan pada pasien. Orang yang menuliskannya kemungkinan orang yang sama. Data tersebut bisa saja ditulis oleh orang yang berbeda, bukan oleh operatornya sendiri, sebagai contoh dilakukan oleh asisten gigi, dengan alasan untuk kontrol infeksi. Keadaan ini bagaimanapun dapat menyebabkan kesalahan dalam catatan, ingatan dan interpretasi, dan yang paling parah dapat terjadi adalah si pencatat menuliskan apa yang dia pikir dia dengar adalah ucapan dari orang yang dia perkirakan telah melihat atau melakukan tindakan tersebut.
Oleh karena kemungkinan terjadinya kesalahan dan tidak adanya sumber obyektif yang dapat digunakan sebagai pembanding untuk membandingkan apa yang telah dicatat, maka kemungkinan tidak terdeteksinya kesalahan tersebut bisa saja terjadi. Dalam konteks forensik, beberapa kesalahan dapat memicu kegagalan dari kebenaran identifikasi seseorang kecuali apabila ahli forensik menyadari akan keadaan ini dan memberikan pendapat konservatif yang tepat. Pada beberapa kasus, bahkan ketika tidak terdapat kesalahan, detail yang tidak memadai dicatat dalam dokumen sehingga bisa dijadikan alasan untuk dilakukannya identifikasi seseorang berdasarkan pada informasi tunggal.
Radiografi, bagaimanapun merupakan suatu gambaran yang menampilkan detail dari gambaran fisik yang dimasukkan dalam catatan. Dalam konteks forensik, dibuat catatan obyektif dari seseorang yang diperoleh secara langsung dari orang tersebut, sedangkan data yang diperoleh dari orang lain tidak dicatat, karena yang dicatat adalah detail morfologi dari semua yang telah dilihat dilapangan sehingga kemungkinan terjadinya kesalahan tidak terjadi pada saat penulisan dokumen. Yang paling penting adalah bahwa dari radiografi ini dapat diperoleh duplikat yang akurat dari pasien yang sama, walaupun pengambilan gambarnya dilakukan oleh operator dan waktu yang berbeda. Gambaran radiografi bagaimanapun merupakan alat bantu yang sangat berguna dalam proses perbandingan untuk identifikasi forensik perorangan.
Untuk lebih jelasnya, semakin banyak detail dan catatan morfologi khusus yang terdapat pada gambar, maka dasar perbandingan dengan mengunakan radiografi yang mirip dengan yang diperoleh dari orang yang tidak dikenal akan semakin baik untuk menetapkan bahwa kedua gambar tersebut berasal dari orang yang sama. Perawatan gigi diindikasikan dapat meninggalkan bukti radiografi dengan detail morfologi yang unik, dan memiliki nilai probatif yang tinggi dalam suatu proses perbandingan. Dalam konteks ini, radiografi pada perawatan endodontik merupakan sumber yang sangat baik untuk menggambarkan ciri seseorang berdasarkan atas detail morfologi khususnya.

Materi dan Metode
Oleh karena ekspresi dari gambaran morfologi individual yang sangat langka dan unik tersebut, maka perawatan saluran akar menjadi sumber penting yang dapat digunakan untuk membedakan gigi geligi dan pemanfaatan lebih luasnya dapat memperlihatkan kemiripan dengan tingkat yang tinggi dalam proses identifikasi dengan melakukan perbandingan gambar. Lagi pula, pada prosedur saluran akar sering dilakukan pengambilan gambar radiografi, baik selama perawatan, selesai perawatan dan secara periodik mengikuti prosedur perawatan untuk mendapatkan catatan dari hasil perawatan tersebut. Radiografi post-treatmen umumnya dapat dimasukkan sebagai bagian dalam dental record pasien, dan secara obyektif memperlihatkan detail morfologi spesifik dari restorasi tersebut dan jaringan sekitar gigi serta sruktur jaringan pendukung yang nampak radiopak.
Tujuan dari proses pembandingan ini adalah untuk menetapkan apakah radiografi tersebut berasal dari orang yang sama (identifikasi) atau dari orang yang berbeda (ekslusi) .
Keberhasilan dari teknik ini bergantung pada tingkat kemiripan dari parameter yang diambil berdasarkan atas perbandingan antara dua gambar (ante-mortem dan post-mortem). Pemeriksaan radiografi ante-mortem memberikan informasi mengenai posisi dari film/sensor, posisi tube, pencahayaan gambar dan kemunginan pembesaran atau distorsi dari gambar yang diambil. Keseluruhan dari parameter tersebut diperlukan untuk mereproduksi seakurat mungkin radiorafi post-mortem yang ditujukan untuk dilakukannya perbandingan langsung dari gambar tersebut. Kasus 1 mengilustrasikan akibat dari tidak diduplikasikannya posisi tube X-ray dan sensor secara benar pada kasus post-mortem.
Untuk mendapatkan tingkat akurasi dalam reproduksi gambar umumnya dibutuhkan pengambilan beberapa gambar post-mortem untuk mendapatkan gambar asli yang memuaskan. Pemeriksaan awal pada radiografi pertama selalu diikuti dengan perkiraan mengenai morfologi perawatan akar, penambalan dan morfologi gigi yang cukup mirip sehingga eksklusi dapat ditentukan pada tahap ini. Jika tidak di lakukan eksklusi, maka pengambilan radiografi selanjtnya dapat dilakukan sampai diperoleh suatu perbandingan gambar dengan hasil yang memuaskan.
Kesulitan dalam memperoleh hasil radiografi post-mortem yang sempurna seharusnya tidak menjadi alasan untuk mengabaikan hasil gambar tersebut. Adanya trauma dapat menyebabkan perubahan mendasar dari bentuk tubuh dan posisi, dan ini menyebabkan penempatan tube X-ray atau sensor radiografi sangat sulit untuk dilakukan. Orang yang terbakar umumnya mengalami kontraksi otot yang parah sehingga menyebabkan tertekuknya anggota badan dengan posisi ketegangan yang parah. Anggota tubuh tersebut cenderung menyebabkan terbatasnya akses untuk penempatan tube X-ray. Lebih lanjut, gigi dan rahang yang terbakar menjadi sangat rapuh, dan usaha-usaha unuk memotong rahang atau gigi dapat menyebabkan hilangnya struktur pendukung gigi, sehingga menjadi pertimbangan dalam hasil identifikasi. Salah satu penulis (AFS) menemukan bahwa penggunaan alat hand-held X-ray dapat membuat proses ini menjadi lebih sederhana dan hasilnya kemungkinan secara signifikan menjadi berkualitas. Beberapa perangkat alat sekarang sudah umum digunakan oleh odontologi forensik di kamar mayat Australia dan pada skenario bencana massal.
Kesulitan selanjutnya adalah apabila terjadi kesalahan besar dalam teknik reproduksi radiografi post-mortem sehingga berpengaruh pada hasil radiografi pasien. Keadaan ini memberikan tantangan yang besar dan membutuhkan pengetahuan yang baik tentang radiografi sehingga dapat mengetahui dimana letak kesalahannya dan dapat membuat ulang gambar radiografi tersebut. Tujuannya bukanlah untuk mendapatkan radiografi yang sempurna dari orang meninggal tapi sebagai simulasi yang dimasukkan dalam catatan pasien.
Ketika hasil dari perbandingan antara gambar ante-mortem dan post-mortem telah dicapai, maka hasil tersebut dapat dijadikan pembanding dalam memperkirakan kemungkinan bahwa catatan dari gambar tersebut berasal dari orang yang sama, sehingga dapat dibuat dasar obyekit untuk pendapat ahli yang nantinya akan diserahkan pada koroner.
Proses perbandingan kemungkinan terdiri dari perbandingan visual (kasus 1dan 2) atau radiografi yang memperlihatkan kemiripan dengan cara superimposisi (kasus 3). Idealnya, proses subtraksi gambar digunakan untuk memperlihatkan susunan antara kedua gambar (kasus 4) apabila radiograf ante-mortem dan post-mortem memperlihatkan tingkat kemiripan yang dibutuhkan. Pada semua kasus, tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mendemonstrasikan dasar obyektif dari suatu opini, sehingga diperoleh kepuasan dari aturan dasar mengenai barang bukti untuk mendukung proses hukum.

Hasil
Terdapat empat kasus yang dipilih dari catatan Odontologi Forensik yang merupakan bagian dari Queensland Health Forensic and Scientific Services (QHFSS), yang menggunakan perbandingan restorasi endodontik sebagai bagian dari proses identifikasi. Dimana ditampilkan gambar yang tidak teridentifikasi dan yang teridentifikasi ,yang nampak pada kasus 1-4 dibawah ini :

Kasus 1 (Gambar 1)
Radiografi dari orang yang hilang nampak pada sebelah kiri sedangkan radiografi dari orang yang meninggal berada pada sebelah kanan. Laporan singkat catatan tangan dan gambaran radiografi gigi diperoleh dari catatan orang hilang. Pemeriksaan radiografi ini dilakukan berdasarkan pada perawatan saluran akar gigi incisivus lateral kiri atas. Koresponden dari radiografi post-mortem memperlihatkan adanya kemiripan morfologi antara bentuk umum dari kedua gambar tersebut.



(a). Radiografi periapikal pada orang hilang. (b). Korespondensi radiografi periapikal dari orang yang meninggal

Sementara itu adanya kemiripan dari kedua barang bukti tersebut dapat menjadi pendukung dari pendapat yang menyatakan bahwa kedua gambar tersebut diperoleh dari orang yang sama, perbedaan dari posisi tube dan sensor radiografik pada saat pengambilan gambar dari kedua radiografi tersebut tidak menjadi masalah untuk dilakukan perbandingan langsung dengan cara superimposisi.

Kasus 2 (Gambar 2)



Radiografi dari orang yang hilang nampak pada sebelah kiri, sedangkan radiografi dari orang yang meninggal pada sebelah kanan. Insiden traumatik yang dialami menyebabkan terjadinya kematian, orang yang meninggal tersebut menderita fraktur maksila dan mandibula yang parah, dirasa bahwa manipulasi rahang yang dilakukan dapat menyebabkan kerusakan gigi lebih lanjut. Dari dental record yang diperoleh berisi beberapa gambaran radiografi termasuk salah satunya yang ditampilkan dibawah ini (sebelah kiri). Radiografi koresponden dari orang yang meninggal diambil tanpa menggangu posisi gigi atau rahang dan perbandingan kedua gambar tersebu dapat dilihat dibawah ini.

Gambar 2 (kasus 2) – (a) Radiografi periapikal dari orang hilang (b) koresponden radiografi periapikal dari orang yang meninggal

Akses post-mortem pada orang yang meninggal ini dilakukan dengan hati-hati untuk menjaga barang bukti dan oleh karena itu posisi tube dan sensor film yang digunakan untuk mendapatkan gambar radiografi dari pasien tidak dapat mereproduksi dengan sempurna, yang hasilnya memperlihatkan tampilan restorasi yang berbeda antara kedua gambar sehingga dibutuhkan interpretasi yang sangat hati-hati sebelum diambil keputusan. Dalam kasus ini, perbandingan visual dari konstelansi gambaran individual pada dua gambar radiografi yang meliputi gambaran restorasi endodontik, radicular dan anatomi tulang serta restorasi mahkota gigi, dirasa cukup untuk memastikan bahwa data tersebut memang diperoleh langsung dari orang yang sama, namun tidak dapat diperlihatkan ketelitiannya, hal ini dapat mengingatkan kembali mengenai dasar opini identifikasi berdasarkan kehati-hatian interpretasi dan kemungkinan dapat ditolaknya hasil identifikasi tersebut dalam pengadilan. Untungnya, radiografi ante-mortem lainnya dari kuadran gigi yang berbeda dapat diterima dan dapat mengkorfimasi ketelitian dari pendapat tersebut (gambar tidak ditampilkan).
Dalam kasus ini diilustrasikan secara jelas mengenai sulitnya untuk melakukan perbandingan gambar radiografi yang diambil dengan posisi penempatan tube X-ray dan sensor radiografi yang berbeda, sehingga menyebabkan terdapat perbedaan hasil radiografi. Disini digaris bawahkan bahwa untuk membuat suatu duplikat sangatlah penting untuk dapat menempatkan posisi tube X-ray dan sensor radiografi sedekat mungkin menyamai parameter posisi antara gambar ante-mortem dan post-mortem sebelum dilakukan proses perbandingan. Ketika satu gambar radiografi diperbandingkan dengan objek yang sama namun diambil dalam kondisi yang berbeda, akan semakin nampak terlihat bahwa suatu benda yang sama terlihat berbeda dari gambar yang lainnya.
Telah digarisbawahkan pula bahwa kemungkinan terjadinya kesalahan akan semakin tinggi apabila melakukan perbandingan radiografi post-mortem dengan catatan pasien, kemungkinan akan lebih kecil apabila diperbandingkan dengan radiografi ante-mortem, walaupun cara tersebut sering digunakan apabila radiografi ante-mortem tidak layak untuk digunakan. Pada kasus tipe ini, penulis lebih mengindikasikan melakukan perbandingan yang konsisten dengan catatan ante-mortem yang berasal dari orang yang sama (identitas yang konsisten) dibandingkan dengan dari rekomendasi yang dilakukan oleh orang lain yang berasal dari orang yang sama (identitas yang dibuat).
Keberhasilan parameter duplikasi dari radiografi ante-mortem dan post-mortem diizinkan untuk digunakan dalam melakukan teknik perbandingan yang teliti diilustrasikan pada kasus 3 dan 4.

Kasus 3 (Gambar 3 dan 4)
Orang yang telah meninggal secara bertahap mengalami proses pembusukan sehingga tidak dapat diidentifikasi secara visual. Catatan dental record orang yang hilang diperoleh dari polisi dan perbandingan catatan ini dengan gambaran gigi dari orang yang meninggal memperlihatkan konsistensi yang lengkap. Radiografi periapikal (gambar 3a) juga diperoleh dari catatan dental record dan dari gambar tersebut terlihat adanya perawatan saluran akar yang komplit pada gigi 16. Radiografi koresponden dari orang yang meninggal (gambar 3b) memperlihatkan adanya perawatan saluran akar pada gigi 16, dimana memperlihatkan bahwa kedua gambar tersebut berasal dari orang yang sama, berdasarkan konfirmasi obyektif dari identitas. Kemiripan dari gambaran tersebut dapat diperlihatkan secara berurutan dengan melakukan superimposisi gambar, yang memperlihatkan tingkat ketepatan dari barang bukti berdasarkan pendapat ahli yang dikeluarkan oleh korona.



Gambar 3 (kasus 3)- (a) radiografi periapikal dari orang hilang (b) korespondensi radiografi periapikal dari orang yang meninggal



Gambar 4 (kasus 3 superimposisi) – (a) opaksitas 100%. (b) opaksitas 80&. (c) opaksitas 60%. (d) opaksitas 40%. (e) opaksitas 20%. (f) opaksitas 0%. Superimposisipada radiografi orang yang meninggal diletakkan diatas radiografi orang hilang. Opaksitas dari radiografo post-mortem secara cepat menurun, memperlihatkan hubungan yang dekat antara kedua gambaran tersebut termasuk restorasi endodontiknya.

Kasus 4 (Gambar 5)
Pada perbandingan gambar yang disubtraksi, radiografi ante-mortem dan post-mortem dilakukan teknik superimposisi. Dua lapisan teratas dari gambar tersebut diubah kedalam bentuk negatif film dan kemudian opaksitas dari gambar dikurangi sampai gambaran umum dari kedua gambar tersebut terlihat. Dalam proses ini hasilnya memperlihatkan gambar netral berwarna abu-abu yang sempurna. Pada situasi sebenarnya, bagaimanapun, sangat langka untuk mendapatkan koresponden yang sempurna antara dua gambar yang diambil pada waktu yang berbeda dalam keadaan yang berbeda serta menggunakan alat yang berbeda, namun tetap dapat dilakukan dengan cara menghilangkan gambaran umum yang dapat menggangu hasil dari tingkat kemiripan antara keduanya. Seperti pada keadaan yang diperlihatkan dalam gambar 5, yang mengindikasikan bahwa radografi ante-mortem dan post-mortem tersebut diperoleh dari orang yang sama.



Gambar 5 (kasus 4) – (a) Radiografi ante-mortem (b) Radiografi post-mortem (c) Gambar yang disubtraksi

Pembahasan
Berdasarkan atas proses intevistigasi polisi yang sering dilakukan untuk identifikasi forensik, sebagian dari orang yang dilaporkan menghilang identitasnya akan dimasukkan kedalam kandidat orang yang ditemukan meninggal. Odontologi forensik kemudian bertugas untuk membandingkan beberapa dental record dari orang hilang dengan gambaran gigi dari orang yang meninggal untuk mengetahui apakah keduanya berasal dari orang yang sama.
Jadi gambaran gigi dari orang yang meninggal tidak harus diperbandingkan dengan semua orang yang ada dibumi ini, hanya perlu dilakukan perbandingan satu banding satu dan kemungkinan hasil yang dperoleh adalah sebagai berikut :
1. Kepastian identitas : seluruh gambaran gigi dari kedua catatan memperlihatkan susunan yang komplit dengan tidak adanya diskrepansi yang tidak dapat dijelaskan berdasarkan atas obyektivitas seperti perbandingan gambar. Dengan begitu identitas dapat dipastikan tanpa adanya gangguan yang berarti.
2. Konsistensi identitas : seluruh dental record memprlihatkan susunan dengan tidak adanya diskrepansi yang tidak dapat dijelaskan, namun jumlah gambar tidak cukup untuk mendapatkan nilai probativ yang cukup untuk dilakukannya perbandingan dengan kemungkinan gangguan yang dapat terjadi pada identitas. Di Queensland, penulis juga menggunakan kategori ini apabila hanya terdapat catatan yang layak tanpa adanya beberapa gambar atau gambar yang dapat mendukung nilai probativ yang dapat meningkatkan kasus ke tingkat pertama berdasarkan kurangnya data.
3. Kemungkinan identitas : proses identifikasi tidak dapat dieksklusi dari informasi dasar, namun dapat dilakukan pada temuan yang tidak cukup kuat. Nilai dari suatu temuan adalah apabila temuan tersebut tidak menutupi pilihan untuk dilakukannya pencatatan dental record lanjutan oleh bagian investigasi polisi atau apabila terdapat metode identifikasi lain yang dilakukan dengan cara yang sama sehingga dapat dieksklusi.
4. Kurangnya informasi : kurangnya informasi yang digunakan sebagai dasar opini. Sekali lagi, keadaan ini tidak menjadi penghalang dalam pemanfaatan dental record atau penggunaan penggunaan metode identifikasi yang berbeda; dan
5. Eksklusi : dua set dental record yang sudah jelas berasal dari orang yang berbeda. Tidak dilakukan investigasi lanjutan kedalam orang yang hilang karena proses ini memerlukan suatu metode perbandingan dengan orang yang meninggal, dan keadaan ini secara jelas memperlihatkan perlunya investigasi lebih lanjut untuk mengetahui identitas orang tersebut.
Di Queensland, penulis tidak akan mengindikasikan identitas yang diperoleh tanpa dilakukannya perbandingan gambar, kecuali terdapat barang bukti yang tidak biasa yang dapat memperkuat opini yang diberikan dimana secara umum kebanyakan dari penulisan dental record tidak dapat menghasilkan data yang dibutuhkan untuk meningkatkan tingkat ketelitian yang dibutuhkan untuk menjamin kereabilitasan dari hasil yang diperoleh.
Pada kasus yang ideal, radiografi post-mortem diambil dengan cara yang sama seperti yang dilakukan pada gambar ante-mortem sehingga gambar yang diperoleh merupakan duplikat yang mendekati gambar ante-mortem. Pada beberapa keadaan, kemiripan antara dua gambaran tersebut dapat diperlihatkan dengan cara superimposisi dan pada kasus yang baik digital subtraksi umumnya digunakan pada kedua gambar tersebut.
Sementara itu beberapa perbandingan memberikan hasil yang baik,dimana perawatan saluran akar dimasukkan sebagai tambahan dimensi dalam proses perseorangan. Anatomi ruang pulpa gigi seseorang dapat dipaparkan dengan cara melihat morfologi ruang pulpa pada mahkota gigi, jumlah dan lokasi saluran akarnya, serta panjang saluran akar dan morfologinya. Jumlah saluan akar pada sistem saluran akar tidak selalu konsisten; dimana akar mesiobukal pada gigi molar rahang atas selalu memilki saluran akar kedua, incisivus centralis rahang bawah biasanya memiliki dua saluran akar, premolar rahang bawah kemungkinan memiliki beberapa saluran akar seperti yang mungkin terjadi pada molar rahang bawah dan banyak variasi yang terdapat pada morfologi saluran akar dari premolar rahang atas. Selain itu variasi dari saluran akar yang meliputi panjang, kurvatura dan konfigurasi saluran akar lainnya seperti saluran C-shaped, memberikan banyak gambaran yang berbeda dari sistem saluran akar dimana berbeda-beda pada setiap orang. Perawatan endodontik gigi memiliki potensi yang besar dalam memberikan informasi perorangan dibandingkan pada perawatan gigi non-endodontik, dan hasilnya dapat memberikan banyak sumber data dalam perbandingan gambar.
Pengisian saluran akar dasar terdiri dari semen sealer dan bahan isi, yang umumnya menggunakan gutta-percha. Bahan isi lainnya adalah silver point dan bahan isi berbasis resin. Zinc-oxide eugenol, resin, glass ionomer, silicone dan calcium hydroxide merupakan kelompok klasifikasi dari sealer endodontik. Obturasi saluran akar, dan post-preparation anatomi, akan memperlihatkan gambaran radiopak dari bahan tersebut pada radiografi post-treatment.
Gigi yang membutuhkan perawatan endodontik biasanya juga memiliki kehilangan struktur mahkota gigi sehingga juga membutuhkan dilakukannya restorasi yang kompleks. Seharusnya gigi yang mengalami kehilangan struktur mahkota berhubungan dengan kondisi patologi dan perawatan endodontik, sehingga umumnya gigi posterior diindikasikan untuk dilakukan perawatan restorasi mahkota. Post endodontik diindikasikan pada beberapa keadaan. Restorasi post ini kemungkinan dapat bersifat aktif atau pasif, taper atau pararel, dan prefabricated atau custom cast. Logam nickel-chromium, stainless steel, titanium, kceramic, zirconium dan carbon fiber merupakan bahan yang umum digunakan pada post buatan pabrik. Kompleksitas dari restorasi mahkota dan variasi dari bahan post dan core, desain dan penempatannya dapat menjadi gambaran khusus dari seseorang berdasarkan pada perawatan giginya.
Prosedur endodontik memerlukan radiografi dalam prosesnya baik pada saat diagnosi, perawatan ataupun pada saat evaluasi keberhasilan dari perawatan. Dari kesemuanya yang paling berguna untuk tujuan forensik adalah radiografi post-treatment dan restorasi endodontik lebih memiliki nilai lebih dibandingkan dengan restorasi intracoronal oleh karena sifat dari restorasi endodontik ini yang cenderung tidak perlu dilakukan perawatan ulang atau terjadinya augmentasi. Teknik radiografi yang baik dapat menghasilkan radiograf yang menggambarkan secara individual saluran akar dan mengurangi superimposisi dari struktur anatomi sehingga dapat menghasilkan gambar yang dapat dijadikan bahan evaluasi maupun bahan perbandingan radiograf saluran akar post-mortem.
Mendapatkan suatu reproduksi post-mortem yang baik untuk memberikan gambaran radiografi yang dibutuhkan dalam menguatkan suatu kasus sehingga dapat mengekspresikan opini mengenai identitas berdasarkan konstelasi dari gambaran yang unik, dimana dapat dicapai dengan mengambil lebih dari satu kuadran dari orang yang sama. Bagaimanapun, perbandingan gambar anatomi gigi dengan keberadaan restoasi giginya atau barang bukti dari perawatan gigi lebih kompleks dibandingkan dengan barang bukti lainnya. Gambaran individual dari perawatan yang tidak umum dan kompleks seperti pada restorasi endodontik dibutuhkan untuk mendapatkan dasar perbandingan yang sempurna.
Penulis bagaimanapun mengharapkan adanya hasil radiografi post-teatment yang sempurna sehingga dapat diperbandingkan dengan radiografi post-mortem dan hasil perbandingan itu dapat meningkatkan dasar barang bukti yang dapat digunakan untuk opini ahli.
Penulis sekarang secara rutin menggunakan alat CT-scan pada post-mortem yang dilakukan di QHFFS. Dengan peningkatan penetrasi dari teknologi cone-beam oleh spesialis dan dokter gigi umum, tinggal menunggu waktu sebelum akhirnya dapat mulai dilakukannya perbandingan gambar tiga dimensi, yang selanjutnya akan dapat meningkatkan hasil yang dibutuhkan.

Simpulan
Penulis menyimpulkan bahwa perawatan saluran akar memberikan banyak detail morfologi, sehingga dapat memberikan data yang banyak untuk perbandingan radiografi dari orang yang dikenal yang dilaporkan hilang dengan orang yang tidak dikenal yang ditemukan meninggal, untuk menjawab pertanyaan apakah dua gambar tersebut berasal dari orang yang sama. Jawaban positif dari pertanyaan tersebut membutuhkan proses identifikasi obyektif dari orang tak dikenal yang meninggal yang merupakan orang yang sama yang dilaporkan hilang dan kemungkinan diperlukan adanya penambahan substansi lain seperti yang terdapat pada kasus 1, dimana pada kasus tersebut sangat sedikit data yang tersedia.